Media-islam - saudaraku, berbicara masalah keikhlasan, sebenarnya membutuhkan pertemuan lama, dan contoh konkritnya sedemikian banyak. Diantaranya adalah kisah pengarang terkenal, imam nawawi dan imam asysyathibi, juga kisah imam ahmad. Ketiga pengarang itu, dahulu thawaf di sekitar ka'bah sambil membawa kitab karangannya dan berdoa ratusan kali. Bahkan kata imam syathibi dalam karangannya 'al-qira'at assab'u', ia berulang-ulang ribuan kali memikirkan keikhlasannya seraya memanjatkan doa: yaa rabb, in kuntu qashadtu biha wajhaka, faktub lahal baqa'
"ya tuhanku, jika aku
berniat untuk peroleh keridhaan-mu semata, tolong jadikanlah karya ini
mengabadi".
Tidak cukup berdoa sampai
disini. Bahkan imam asysyathibi menulis doanya dalam sebuah kertas dan
diletakkannya dalam sebuah botol, lantas ia tutup dan dilempar ke laut. Ia
berdoa agar allah mengabadikannya jika memang karena mencari keridhaan-nya.
Hari berlalu. Tiba-tiba ada seorang nelayan mencari ikan dan melihat botol
diantara ikan itu. Demi allah, ia tidak mengenal botol itu selain nama imam
asysyathibi. Ia pun membukanya dan ia temukan kertas yang berisi hikmah. Ia
membatin tercengang, "oh, oh imam asysyathibi? Aku harus menemuinya dan
menanyakan perihal kertas dan botol ini."
Si nelayan pergi menemui
imam syathibi dan menceritakan temuannya di laut. Imam asysyathibi lantas
berujar, "bukalah dan bacalah!"
Si nelayan kemudian membaca:
Kumulai pertama-tama dengan
menyebut nama allah
Mahabesar allah yang maha
pengasih lagi maha penyayang, dzat tempat bersandar
Dan kuberikan puji kepada nabi
muhammad saw yang mudahan,allah rabbku memberi shalawat kepadanya dengan
keridhaan
Nabi pembawa petunjuk dan
sang utusan untuk seluruh manusia
Sang nelayan terus membaca.
Imam syathibi menangis seraya menceritakan kasidah yang diantara baitnya:
"ya allah, karuniakanlah keikhlasan padaku."
Karenanya sekarang kita
dapatkan di setiap lokasi anak belajar al-qur'an, mereka menghafal kasidah itu.
Dan kasidah itu sedemikian populer sampai ke indonesia, india, mesir, syam,
turki, dan setiap lokasi. Sebab pengarangnya meniatkan amalnya secara ikhlas.
Jadi kesimpulannya.
Segala yang diniatkan untuk
mendapatkan kenikmatan melihat wajah allah, ia pasti mengabadi penuh dengan
ketulusan dan keihklasan.
Referensi: dr. Yahya bin
abdurrazaq al-ghausani, buku metode cepat hafal al-qur'an.
2 komentar
Bermanfaat
Terima kasih atas tanggapan anda :)
EmoticonEmoticon