Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ
لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا
إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا،
وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du:
Para jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah …
Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur pada Allah
atas nikmat yang telah diberikan kepada kita sekalian. Syukur inilah yang kita
buktikan dengan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102). Karena hakikat syukur adalah menjalankan
ketaatan dan menjauhi maksiat sebagaimana kata Abu Hazim mengenai syukur dengan
anggota badan adalah,
أَنْ تُكَفَّ عَنِ المَعَاصِي ، وَتُسْتَعْمَلَ فِي الطَّاعَاتِ
“Engkau
tahan anggota badanmu dari maksiat dan engkau gunakan dalam ketaatan pada
Allah.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:84)
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir
zaman, yang telah mendapatkan mukjizat paling besar dan menjadi pembuka pintu surga,
yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga,
sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut dengan baik hingga akhir
zaman.
Ada delapan hal yang dicintai manusia, Allah rinci dalam
ayat berikut ini.
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ
وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ
كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah,
“Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Ayat di atas menerangkan tentang orang yang mencintai
dunia, yaitu keluarga, harta, bisnis hingga rumah tempat tinggalnya.
Ayat di atas kata Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
rahimahullah dalam Kitab Tauhid menunjukkan ancaman bagi orang yang menjadikan
delapan perkara duniawi tersebut lebih daripada agamanya.
Apa tanda seseorang cinta dunia?
Tandanya adalah gila harta, gila jabatan, gila
kehormatan, gila ketenaran; hidup mewah dengan pakaian, makanan dan minuman;
waktunya sibuk mengejar dunia; ia mengejar dunia lewat amalan akhirat; juga
lalai dari ibadah.
Apa bahaya cinta dunia?
Pertama:
Ibnul Qayyim menyatakan dalam Hadi Al-Arwah (hlm. 48)
bahwa kunci segala kejelekan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan.
Kedua:
Orang yang cinta dunia bisa saja mengorbankan agama dan
lebih memilih kekafiran.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ
كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah
melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam
yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore
hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di
pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari
keuntungan dunia.” (HR. Muslim no. 118)
Ketiga:
Hati jadi lalai dari mengingat akhirat sehingga kurang
dalam beramal shalih.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ
آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Siapa
yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa
yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia.
Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana
(dunia).” (HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits
ini hasan lighairihi.)
Dalam surat Adz-Dzariyat juga disebutkan,
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ (10) الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ
(11)
“Terkutuklah
orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam
kebodohan yang lalai.” (QS. Adz-Dzariyat: 10-11)
Yang dimaksud “alladzina hum fii ghomroh” adalah mereka
buta dan jahil akan perkara akhirat. “Saahun” berarti lalai. As-sahwu itu
berarti lalai dari sesuatu dan hati tidak memperhatikannya. Sebagaimana hal ini
ditafsirkan dalam Zaad Al-Masir karya Ibnul Jauzi.
Keempat:
Juga karena cinta dunia akan menjadikan seseorang kurang
mendapatkan kelezatan ketika berdzikir.
Di dalam Majmu’ah Al-Fatawa (9:312), Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah menyebutkan perkataaan ulama Syam yaitu Sulaiman Al-Khawwash, “Dzikir
bagi hati kedudukannya seperti makanan untuk badan. Ketika badan sakit, tentu
seseorang sulit merasakan lezatnya makanan. Demikian pula untuk hati tidak bisa
merasakan nikmatnya dzikir ketika seseorang terlalu cinta dunia.”
Terakhir, kelima:
Orang yang gila dunia urusannya akan jadi sulit. Beda
kalau seseorang mengutamakan akhirat.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى
قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ
الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ
شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa
yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan
kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai,
dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya
adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah
merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh
kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi, no. 2465. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Lalu bagaimana agar tidak gila dunia?
Marilah kita belajar agama, luangkan waktu walau sesibuk
apa pun untuk mendalami ilmu Islam.
Harus yakin dunia itu hina dan yakin dunia itu akan fana
dibanding akhirat yang kekal abadi.
Qana’ah (nerimo) dengan yang sedikit, apa saja yang Allah
beri.
Mendahulukan ridha Allah daripada hawa nafsu, keluarga
dan kepentingan dunia.
Sabar dan haraplah kenikmatan yang begitu banyak di
surga.
Demikian khutbah pertama ini. Moga Allah memberi taufik
dan hidayah.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
***
Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Jamaah Shalat Jumat yang moga senantiasa diberkahi oleh
Allah Ta’ala …
Sikap yang seharusnya terhadap dunia
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
“Dunia
adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim, no.
2392)
Al-Munawi rahimahullah dalam Mirqah Al-Mafatih
menjelaskan, “Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk
melakukan syahwat yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah
sebaliknya sehingga seakan-akan ia berada di surga.”
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, kami ingatkan untuk
memperbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad. Siapa yang bershalawat pada Nabi
sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali. Juga tak
lupa nantinya kita berdoa pada Allah di hari penuh berkah ini, moga doa-doa
kita diperkenankan oleh Allah Ta’ala.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ
وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ
مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا
وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا
عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا
فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ
لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ
وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا
مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Referensi utama: Mufsidaat Al-Qulub. Cetakan pertama,
Tahun 1438 H. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Penerbit Al-‘Ubaikan. Hlm.
271-301.
Selesai disusun @ Perpus Rumaysho, saat Jumat siang,
Jumat Pon, 30 Muharram 1439 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
(nahimunkar.org)
EmoticonEmoticon