Teks Khutbah Hajat (Dapat
digunakan untuk khutbah nikah dan khutbah lainnya)
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ,
وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا,
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
(HR. Abu Daud, Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Ad Darimi di kitabnya Al-Mushanaf dan Ibnu Abi
“Ashim di kitabnya As Sunnah)
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا,
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
(HR.Muslim)
[Kemudian akad nikah (ijab
oleh wali dan qabul oleh pengantin laki-laki) dilangsungkan, yaitu oleh wali
dengan pengantin laki-laki disaksikan oleh dua saksi laki-laki Muslim yang
memenuhi syarat].
Dianjurkan mendoakan kedua
mempelai dengan doa yang ma’tsur (disebutkan dalam riwayat) berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَّأَ الْإِنْسَانَ إِذَا
تَزَوَّجَ، قَالَ: «بَارَكَ اللَّهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا
فِي خَيْرٍ»
Dari Abu Hurairah: Bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengucapkan selamat dan doa jika ada
orang yang menikah, Beliau mengucapkan, “Baarakallahu….(artinya: “Semoga Allah
memberkahi untukmu, atasmu dan menghimpun kamu berdua dalam kebaikan”). (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
Nasihat untuk pengantin baru
dan pengantin lama (umum).
1. Nikah itu sunnah Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dilaksanakannya sesuai petunjuk yang dibawa
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam . dan ketika membina rumah tangga pun harus
mengikuti petunjuk Allah Ta’ala yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam .
النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِى فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ
بِسُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى وَتَزَوَّجُوا فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
“Nikah itu sunnahku.. siapa
yang tidak mengamalkan sunahku, bukan bagian dariku. Menikahlah, karena saya
merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh umat.” (HR.
Ibnu Majah 1919 dan dihasankan al-Albani).
2. Allah menolong orang yang
menikah untuk menjaga kehormtannya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ
عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ
وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ
Ada 3 orang yang berhak
mendapatkan pertolongan dari Allah, (1) Orang yang berjihad di jalan Allah, (2)
Budak mukatab yang ingin menebus dirinya untuk merdeka, dan (3) Orang yang
menikah, karena ingin menjaga kehormatannya. (HR. Nasai 3133, Turmudzi 1756,
dan dihasankan al-Albani).
3. Telah terbukti, ketika
masyarakat zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikuti Petunjuk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam menikah dan membina rumah tangga, maka terbentuklah masyarakat
yang baik. Menjadi masyarakat teladan. Yang menilai bukan juri dari lomba
keluarga teladan, namun yang memujinya adalah Allah SWT, dengan disebut sebagai
umat yang terbaik.
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وتُؤْمِنُونَ
بِالَلَّهِ} [آل عمران: 110]
Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. [Al ‘Imran:110]
a. amar ma’ruf nahi munkar.
ma’ruf (kebaikan) tertinggi itu tauhid, menyembah hanya kpd Allah, minta tolong
hanya kpd Allah.
{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة:
5].
Munkar yang terburuk adalah
kemusyrikan, menyekutukan Allah dengan lainnya. misal sedang kesulitan, maka
mintanya bukan kpd Allah tapi kepada gunung, minta kepada kuburan keramat, ke
dukun ramal atau tukang sihir dsb. itu dosa terbesar, tidak diampuni bila
sampai meninggalnya belum bertobat. Itu semua wajib dicegah.
Keluarga yang mengikuti
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam , beramar ma’ruf nahi munkar sampai dalam
segala urusan. Misal makan dan minum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari untuk baca bismillah dan pakai
tangan kanan, maka dilakukan dan diajarkan kepada keluarga. Mencegah
kemunkaran, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
wanti2 bhw makan dan minum pakai tangan kiri itu cara syetan, maka harus
dijauhi dan diperingatkan pula kepada keluarga dan anak2. jangan sampai makan
dan minum pakai tangan kiri.
b. Semua itu disertai وتُؤْمِنُونَ
بِالَلَّهِ beriman kpd Allah, diyakini dalam hati (segala amalan ikhlas utk
Allah) dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan. mengikuti pa-apa yang
diberintahkan, dan menjauhi segala yang dilarang.
Itulah masyarakat yang
dipuji oleh Allah Ta’ala, yaitu para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mengikuti petunjuk2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yaitu Islam ini diyakini dan diamalkan ikhlas untuk Allah Ta’ala.
4. Dalam mengamalkan itu
semua sudah diberi perangkat untuk menjaga diri agar terhindar dari gangguan
syetan yang terkutuk. Di antaranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberi petunjuk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah menjadikan
rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari suatu
rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah” (HR. Muslim no. 780).
Juga dalam hal agar anak2 kita nantinya tidak
diganggu syetan, maka ada petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika kita berhubungan suami
isteri:
«لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا
أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ
الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ » صحيح
البخاري (1/ 40)
Seandainya seseorang di
antara kalian menjumpai istrinya dan ia mengucapkan,
بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ
وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah
Jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah pula setan dari apa yang Engkau
anugrahkan kepada kami”, lalu keduanya dianugrahi seorang anak niscaya setan
tak dapat membahayakannya. (HR Bukhari
dan Muslim)
5. Kemudian, seperti apa
bentuknya masyarakat yang dipuji olh Allah SWT itu, gejalanya adalah mereka
bersemangat dalam iri, tapi bukan iri masalah dunia, namun iri agar bisa
berlomba dalam kebaikan untuk bekal di akherat. Hingga orang2 miskin pun iri
terhadap orang kaya bukan iri mengenai harta, dan mereka tidak memprotes
taqdir, namun minta jalan keluar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar
bisa berlomba mengimbangi kebaikan orang2 kaya.
Para sahabat bersemangat
untuk mendapatkan banyak pahala.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا
مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا
نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ
« أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ
صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ
صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى
بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ
وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ
عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Dari Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala,
mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana
kami berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi
kamu sesuatu untuk bershodaqaqoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah
shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh,
menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh
dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh
“. Mereka bertanya, “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara
kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang
haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang
halal, ia mendapat pahala”. (HR. Muslim
no. 2376)
6. Selanjutnya, wanita yang
kesempatannya tidak sebanyak kaum laki2 karena ada saat2 haidh, nifas,
menyusui; dan (maaf, mungkin) masih pula lebih cenderung baper (bawa perasaan)
hingga kemungkinan bisa mudah tidak terima kepada suami atau mudah dibawa
perasaan, maka masih pula diberi kesempatan baik untuk bisa berlomba kebaikan
dengan orang laki-laki yang (orang laki2 rata2) kesempatannya lebih banyak dan
kekuatannya pun lebih. Hingga wanita diberi prioritas agar bisa bersaing dalam
kebaikan:
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا
وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى
الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu
menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta
betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada
suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah
dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan
Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Peluang-peluang atau
kesempatan-kesempatan itu telah digunakan sebaik-baiknya oleh para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam , baik suami maupun istri, sehingga menjadi
masyarakat yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai umat terbaik tersebut.
Semoga pernikahan ini diberi
pertolongan oleh Allah Ta’ala sehingga bisa meniru keluarga keluarga para
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang telah dipuji oleh Allah Ta’ala tersebut.
{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُونَ} {وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ} {وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين يا الله
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Hartono Ahmad Jaiz.
Disampaikan dalam acara
pernikahan dr Aul dan Muti’ di Pejaten Pasar Minggu Jakarta Selatan, Sabtu 7
Muharram 1438H/ 8 Oktober 2016.
(nahimunkar.com)